HIDUP tak MENGAJARI mu Bagaimana TERTAWA, Tetapi HIDUP MENGAJARI mu Bagaimana Meraih BAHAGIA.

Kamis, 11 November 2010

Saat semua tidak harus bersama...

Menapaki satu jalan… dua insan yang saling setia. Berjanji sehidup semati. Melayari hampir satu tahun kehidupan bercinta di atas bahtera sang Nabi. Hem… kadang penuh canda menggoda. Tapi kadang ada sungut di kedipan mata. Alangkah indahnya…

Sang bahtera pun sesekali tertawa menyaksikan tingkah polah sang pangeran dan permaisuri. Dan tak ada enggan bagi sang Bayu untuk menggoda. Tiba-tiba datang dari arah buritan kapal dia. Agak nakal menerjang sang bayu, hingga membuat mereka saling terjungkal berpeluk. Terkadang sang bayu berpusar di geladak, membuat sang pangeran berpeluh untuk menggenggam kuat sang bara cinta. Semua dilakukan bersama dan hanya untuk cinta. Oh alangkah indahnya… 
Tibalah sang pangeran bersama belahan jiwanya pada cerah pagi. Nampak surya menjerang cahaya di langit timur. Camar menguak berirama memecah alunan ombak. Sungguh persetubuhan alam yang memesona…

Olala… nampak di anjungan sang permaisuri jelita sedang mengemudikan bahtera. Kilatan cahaya mata menembus batas impian. Dengan rampak jemarinya memainkan kemudi kapal. Lincah bagai sang penari membesut gerak di pelataran sri manganti.



Lalu kemana sang pangeran? Seekor camar mencoba menukik menuju haluan melaksanakan titah permaisuri. Tak selang lama kemudian, “Ada sang pangeran.” Pekik sang Camar. Didapatinya sang pangeran sedang bermanja dengan rajawali kecintaanya.
Mematuk keras paruh si rajawali pada gelang besi sang pangeran seperti hendak melepaskan paruhnya. 

Sang permaisuri menggelung senyum di atas anjungan kapal. Semanis bibir yang menyetujui akan keberadaan sang pangeran yang sedang bermanja dengan si rajawali... 
“Sayang, bermanjalah dengan rajawalimu. Biarkan aku menggantikanmu selayak nahkoda yang gagah berani di sini. Karena aku pun bisa menggantikanmu tugasmu. Tak layak jika aku hanya bisa menjemur raga di atas permadani. Karena aku adalah kawan hidupmu,” permaisuri berbincang dalam hati.

Tatapan mata sang permaisuri pun tak mengedip. Ia terus membetot kemudi ke arah impian hidup mereka. Bibir sang pangeran pun membuai mengangkasa. Tatapan mereka saling beradu di atas geladak. Mencuatkan kekuatan bola raksasa ke atas menuju angkasa, Inilah Namanya CINTA... semoga menja keluarga sakinah mawaddah warohmah –tenang, penuh cinta, dan kasih sayang-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP