HIDUP tak MENGAJARI mu Bagaimana TERTAWA, Tetapi HIDUP MENGAJARI mu Bagaimana Meraih BAHAGIA.

Jumat, 16 Desember 2011

Kisah sang Cinta yang Rupawan, si Uang Logam yang Jelek, dan Paman Cermin yang Bijak

Suatu pagi di sebuah taman bunga Aprodita. 

Sang Cinta yang sangat cantik rupawan pelan mengepakkan kedua sayapnya. Lalu ia bertengger di cabang pohon Mandira. Mata indahnya menyapu setiap ceruk taman yang disesaki indahnya kelopak ananta kusuma. Barisan kelopak bunga ananta kusuma yang sangat molek berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu berderet rapi seperti gigi bidadari surga. Dari kejauhan, taman bunga di lereng gunung Olympus itu seperti kilauan mutiara di hamparan pasir hijau tua. Really wonderfull! 


Sang Cinta mendekati perigi yang berada di tengah taman. Ia memandangi riak air yang tersapu lembutnya bayu. Ia terpesona oleh cantik wajahnya. Tak ada sesosok manusia pun yang tak jatuh cinta saat memandangnya. Apalagi ketika sang Cinta berhasil merasuk ke dalam hati seorang anak manusia, sesiapun dia, maka enggan untuk melepaskan sang Cinta. 

“Hai! Mengapa kamu tersenyum-tersenyum sendiri wahai sang Cinta?” tanya si Uang Logam yang mengendik dari balik daun bunga ananta kusuma yang lebar. 
“Ih, kamu logam jelek! Kamu mengagetkan aku,” si Uang Logam melirik sinis. 
“Kenapa penjaga taman membiarkanmu masuk? Kehadiranmu bisa mengotori keindahan taman bunga ini.” 

Si Uang Logam keluar dari tempat persembunyiannya, “Aku sebenarnya tidak sudi datang menghampirimu sang Cinta. Tapi ada satu hal yang hendak aku tanyakan padamu pagi ini.” 
“Katakan saja!” sang Cinta menjawab sadis. 
“Kenapa kamu selalu membanggakan dirimu sendiri sang Cinta? Cepat jawab dan aku akan segera pergi dari sini!” 

“Baiklah!” sang Cinta duduk di atas batu melihan lebar di samping perigi. 

“Aku selalu bangga pada diriku karena aku selalu bisa membahagiakan hati setiap anak manusia. Aku memberikan rasa damai di antara mereka. Dan terlebih lagi aku bisa membagi keindahan ragaku yang sempurna bagi sesama.” 

“Keindahan ragamu yang sempurna?” tanya Uang Logam mengerutkan dahi. 

“Iya! Tidakkan kau bisa melihat betapa indahnya aku? Sampai saat ini, aku tak ciptaan-Nya yang melebihi keindahan ragaku.” 

“Aku akui sang Cinta, memang apa yang kamu katakan adalah benar. Tapi tidak sadarkah kau? Keindahan ragamu yang telah diberikan Tuhan tak lebih baik dari bentukku yang gepeng dan bulat?” 

“Lancang kamu logam jelek! Bagaimana bisa kau menyamakan aku dengan tubuhmu yang gepeng dan bulat?” 


“Dengarkan aku sang Cinta! Lihatlah aku! 

Tubuhku memang gepeng dan bulat. Tapi bagaimanapun bentukku, nilaiku masih sama ketika aku dulu dibuat, ketika kedua sisi tubuhku masih berlapis emas dan perak. Sedangkan kamu?? 

Sekarang lihatlah sisi kiriku yang jelek dan ditumbuhi jamur. Mereka jijik padaku karena aku bau. Dan seperti itulah manusia memandangmu. Ketika cinta kau tanamkan di hati mereka sedang diuji kehidupan, dan mereka tak sanggup melaluinya. Ketika seorang anak manusia tidak menemukan apa yang dia ingini dan dia cari dari pasangannya. Ketika mereka kecewa dan marah kepada cintanya. 

Maka sejijik itulah manusia memandangmu. Mereka tak mau memandangmu meski hanya dengan sebelah mata. Kasihan! 

Tapi tidak denganku sang Cinta. Karena bagaimanapun buruk sisi kiriku, aku masih tetap berharga bila mereka ingin menukarkan aku dengan sesuatu. 

Nah, sekarang lihatlah sisi kananku yang masih dilumuri warna keemasan. Siapa pun akan senang memandangku. Mereka pun bangga denganku. Karena disamping aku berharga, dengan memandangku, hati mereka bahagia. Karena mereka masih merasa kaya. 

Dan sesungguhnya, seperti itulah mereka memandangmu. Ketika hati mereka tengah tertancap dan mabuk oleh panah asmaramu. Ketika cinta mereka belum diuji oleh kehidupan. Dan, ketika mereka belum menemukan kekurangan dari pasangnya. Maka kau seperti aku, akan dipuja-puja selalu. 


Wahai sang Cinta, tidakkah engkau tahu, bahwa bentuk aslimu bukan seperti apa kau yang sekarang ini. 

Dengan mahkotamu yang berlapis intan berlian, kau taburi hati manusia dengan kebahagiaan. Dengan tongkat ajaibmu, kau jelmakan rasa indah itu di hati mereka. Dengan bajumu yang gemerlap pesona batu mulia, kau goda mereka dengan nafsu dunia. 

Tapi, tidaklah itu bentuk aslimu wahai sang Cinta. Jika kamu mau melihat dengan sesungguhnya siapa dirimu, maka bentukmu tak berbeda jauh dariku, tak seindah itu. Karena apa? 

Karena manusia tak kan bisa memandangmu secara utuh, seperti mereka memandangku. 

Ketika ada pertengkaran dan kekecewaan mereka akan memandangmu seperti mereka memandang sisi kiriku yang termakan jamur hitam. Dan ketika mereka temui madunya kebahagiaan mereka memandangmu seperti mereka memandang sisi kananku yang indah berlumur emas. 

Namun aku masih lebih beruntung daripada kamu, sang Cinta. Seperti aku bilang tadi! Selegam apapun kedua sisiku karena telah termakan jamur, aku masih tetap ‘berharga’ mereka akan terus memburu dan mencariku. 

Tapi, bagaimana denganmu? Serupiah saja kekurangan darimu, maka kebanyakan manusia tak pernah memandang sejuta kelebihanmu. Tanpa segan kamu dibuang dan dicampakkan.” 

“Cukup! Hentikan!” sang Cinta menangis tersedu. Si Uang Logam pun ikut merasa sedih. Langitpun tertutup awan tak lagi membiru. 

Dan tak berselang detik kemudian datanglah paman Cermin yang Bijaksana. 
“Ada apa dengan kalian? Mengapa kalian bersedih hati?” tanya paman Cermin yang Bijaksana. 
Sang Cinta menudingkan telunjuknya kepada si Uang Logam dengan bercucuran airmata. 

“Sudahlah, kalian tidak perlu bersedih. Paman sudah tahu apa yang telah kalian perbincangkan. Maaf, karena dengan tidak sengaja paman melewati taman bunga ini. Bersabarlah! Insya Allah, paman kalian siap membantu.” 

“Bisakah paman memberikan nasehat kepada kami berdua?” si Uang Logam mendongakkan wajahnya. 

“Baiklah! 
Sang Cinta! Uang Logam! Di antara kalian tidak ada yang mempunyai kekurangan. Bahkan, kalian masing-masing mempunyai banyak kelebihan. Dan paman bilang, sangatlah tidak adil jika kalian berusaha menyamakan kelebihan yang kalian miliki. 

Karena memang kelebihan kalian berbeda satu dengan yang lain. Tetapi ada satu tujuan mengapa Tuhan memberikan kalian masing-masing kelebihan, yaitu gunakanlah kelebihan kalian masing-masing untuk seluas-luasnya kemanfaatan umat. Bukan untuk dibanding-banding! 

Karena siapapun kita, maka kedudukan kita adalah sama di mata Tuhan. 

Tidak ada yang dilebihkan dan tidak ada yang direndahkan. Dan ingat! kalian sama-sama berharga untuk manusia. 

Namun sayang, ada satu hal yang jarang manusia lakukan agar mereka bisa berbuat adil. Setidaknya adil untuk kebaikan mereka sendiri.” 

Sang Cinta dan si Uang Logam sama-sama mengernyitkan kening. Kemudian sang Paman melanjutkan nasehatnya. 

“Kebanyakan manusia tidak pernah menggunakan aku untuk bercermin, keponakanku. Tidak saja bercermin dengan matanya, tapi juga dengan hati mereka. Sesungguhnya manusia bisa adil, namun tak mau berbuat adil. 

Contohnya, ketika manusia memandang salah satu sisi darimu wahai Uang Logam. Dan kemudian menaruh mu di atas telapak tangan mereka. Maka seperti yang mereka lihatlah, apa yang mereka rasakan. Ketika mereka menjumpai sisi baikmu, maka mereka akan tersenyum. Tapi ketika menjumpai sisi mu yang lain, yaitu sisi yang telah termakan oleh jamur hitam, maka mereka akan mengerutkan dahinya, meski pun mereka tahu kamu tetap bernilai untuk ditukarkan. 

Tapi beda ketika manusia mengambilmu, kemudian menempatkanmu di depan cermin. Maka di saat yang sama, manusia akan bisa memandangmu dari kedua sisimu. 

Ketika sisi di depannya terlihat sisimu yang dilumuri emas, maka pada saat itu juga, mereka bisa melihat sisimu yang lain, yang telah termakan jamur hitam. 

Begitu juga jika di depan mereka adalah sisimu yang telah termakan oleh jamur hitam, maka mereka pun tak lupa bahwa kamu masih mempunyai sisi yang lain, yaitu sisi yang masih dilumuri emas. 

Begitu juga dengan mu wahai sang Cinta. Mereka sebenarnya tak perlu mengerutkan dahi apalagi mencampakkanmu ketika mereka menemukan kekuranganmu dan kekecewaan atas pasangan mereka. Karena kamu sangat berharga untuk dicampakkan. Karena hadirmu di setiap ruang hati manusia adalah anugerah dari Tuhannya untuk mereka. 

Begitulah aku bisa membantu kalian! 

Dan aku berpesan kepada manusia yang masih mempunyai cinta, di manapun mereka berada. Pandanglah CINTA! Hargailah CINTA! Dengan sebuah cermin yang sebenarnya selalu ada di setiap kita. Cermin itu bernama HATI. Tentu dunia akan INDAH karenanya." Semoga bermanfaat





Wassalam, 



Kaira 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP