HIDUP tak MENGAJARI mu Bagaimana TERTAWA, Tetapi HIDUP MENGAJARI mu Bagaimana Meraih BAHAGIA.

Jumat, 30 Maret 2012

Mari, Berkenalan dengan MANAJEMEN JONGOS!

Dear Blogger, semangad SIANG!

Maret 2012 hampir berakhir, tinggal selangkah lagi menerima angpau dari kantor. Bersukakah? Atau Bersedihkah kita?

Apa jawaban Anda? .... TeT ToT 



Kalau aku tidak akan memilih keduanya. Hehe. Aku akan menjawab, SYUKURI apapun yang Tuhan kasih.
Menjawab BERSUKA? Aku tidak benar-benar suka, karena mungkin sebagian dari kita –realitanya, upah yang kita dapat hanya ‘pas’/‘balance’, bahkan kurang dari apa yang kita butuhkan. Boro-boro mau investasi kan atau membiakkah modal dari upah kita? Apalagi hari ini ada demo besar2an menentang kenaikan BBM di seluruh tanah air. Yah, setidaknya suara kita ada yang meng-aspirasi. Asal jangan anarkis saja.
BERSEDIHKAH? Janganlah! Itu namanya kufur nikmat. Kita tidak boleh menyembunyikan dan melupakan nikmat.
Dan, yang lebih tepat, SYUKURI yuk, upah yang kita terima! Bukankah hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, dan menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. Allah SWT. berfirman, “Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibraahiim (14): 7)

Kisah Teman
 

Aku punya cerita nih! Sebut saja Arik. Dia adalah seorang pemuda yang sudah nikah. Namun bertahun2 belum dikaruniai momongan. Dan bertepatan, dia bekerja di bagian warehouse salaj satu publishing di Solo.Dia terkenal dengan pribadi yang berjiwa ‘ngeyel’ dengan prinsipnya, walau kadang salah sih, hehe. Setiap menerima angpau, adanya cuman ngeluh2 dan ngeluh, kurang2 kurang, dan kurang. Ada atau tidak ada bonus, ya pokoknya ngeluh. Secara, Arik adalah seorang yang ‘agamis’. Walla, kok, bisa ya? Kritikan pedas pun, tak jarang dilempar ke manajemen. Catat! Dia seorang yang pemberani juga. Baik dalam kehidupan bertetangga dengan manajer sehari2 atau pas lagi raker tahunan misalnya. Tapi, unfortunately, pihak manajemen pun tidak merespon sama sekali ide2nya.
Yang aku bisa simpulkan adalah dia sangat ‘terintimidasi’ dalam bekerja. Jadi, apapun yang dia kerjakan bukan sebuah pekerjaan yang dari hati, namun sebuah makian dan keluhan. Kasihan, kan, sebenarnya?
Namun, setelah bertahan dengan egonya selama 3 tahunan, beberapa hari lalu dia resign dari tempat kerja. Dan mencoba wirausaha. Dan, kalau yang ini aku kasih jempuool dah. Hehe. Dia udah lepas dari kegerutuan yang dia ciptakan sendiri sewaktu bekerja di bagian warehouse.
Mungkin, tipe pribadi kayak dia, memang tidak tepat untuk menjadi seorang pegawai/karyawan/pekerja. Sukses saja lah!

Apa salahnya menjadi ‘pegawai’?

Menjadi pegawai adalah bentuk dari salah satu usaha atau ikhtiar seseorang, misalnya, suami untuk menghidupi keluarganya.
Namun, juga jangan asal jadi pegawai/pekerja/karyawan saja! Manfaatkan potensi yang ada dalam diri kita; seperti:

1. Potensi Niat
Dari Amir al-Mu’minin, Abu Hafsh ‘Umar bin al-Khaththab, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (HR. al-Bukhariy dan Muslim)
So, hal yang musti kita luruskan pertama kali adalah niat kita.
Etos kerja ibarat sebuah keimanan, ada fluktuatifnya, ada naik dan turunnya, wah, kayak tegangan listrik, nih?

Lalu, kuncinya adalah CINTAI pekerjaan Anda!
Ibarat kata, gimana mau bahagia dan punya banyak anak dalam pekerjaan jika ‘mencintai’ istrinya saja tidak. Cita2 samara, mah, jauh panggang dari api.

2. Potensi Man jadda wa jada
Ada sebuah ungkapan yang indah dan menguatkan bagi kita, yaitu, “Man jadda wa jada.” Artinya, kurang lebih, “Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil.”
Ada sebuah ungkapan lagi, “No pain, no gain.”, “No gain without pain.” Artinya, tidak ada keberhasilan tanpa usaha yang keras.
Ada sebuah ungkapa lagi dan lagi yang kali ini dari eyang buyut kita, “Jer basuki mawa bea.” Artinya, keberhasilan membutuhkan pengorbanan.

Wow, bekerja dengan kesungguhan?


Ya memang, tegas di dalam surah ar-Ra’d ayat 11, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.”
Nah, loh. So, tinggal kita milih aja! Mau menjadi pegawai macam apa? Spiderman, Batman, atau 'GALAU'man?

a. Pegawai biasa2 saja.
Pegawai yang mengerjakan pekerjaannya dengan stadar mutu pekerjaan yang biasa2 saja. ABS, asal bapak senang. Prestasi minim. Kenaikan gaji, sangat lambat. Pokoknya, mah, pegawai yang tidak ada niat sama sekali buat maju. Asal bekerja tepat waktu, dan melakukan apa yang menjadi job diskripsinya, maka ia pun berpendapat, “Ah, aku sudah menggugurkan kewajibanku. So, it’s time to go home!
Seterusnya begitu, berulang dari tahun ke tahun.
Ya sudah, selamanya juga hanya itu2 saja yang dia dapatkan.

b. Pegawai biasa tidak, maju pun tidak.
Ni, macam pegawai yang setengah hati. Cuma OMDO, bagiku mending yang nomor satu. Karena, tipe pegawai yang kayak gini yang nyusahin manajemen dan dirinya sendiri.
Ibarat, mau gaji dan fasilitas PT, tapi record kerjanya CV. Halah, No action, talk More!
Ingat! Ragu2 datangnya dari setan loh.
Karena, jika kita melakukan perbuatan suka ragu-ragu maka rasa ragu-ragu itu datangnya dari setan, karena kita tidak tahu mana yang benar dan yang salah. Maka pegawai tipe ‘galau’ kayak gini mending sering berserah diri kepada yang Maha Kuasa dengan mengucapkan kalimah “Lahaula wala kuwwata illabillahila’liyila’dzhim.” Tiada daya dan upaya hanya pertolongan-Mu ya Allah. *_^

c. Pegawai luar biasa.
Nah, yang ini yang aku suka. Dia adalah seorang pegawai yang exstra ordinary. Jika, dan hanya jika dia memanfaatkan, kedua macem poin di bawah ini.
3. Potensi Otak Kanan
Otak besar atau cerebrum, adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, penalaran, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan.
Dan, Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih dikenal dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Dan, masing-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda.

Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).

Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.

Sebagai pegawai, kita juga musti tauk soal ini. Inged! Kita harus lebih cerdas dari para manajer loh ... Qeqeqe.


Guys, pada poin inilah aku mau beri penekanan pada judul posting kali ini, Jangan Sakadar Manajemen Jongos!

 
Yups, dengan tidak merendahkah profesi pembokat/pembantu/pelayan, kita, sebagai pegawai harus mempunyai kemampuan otak yang jangan biasa-biasa saja. Make it better! Make it difference than other!

Bagaimana membuat kita ‘beda’ dengan pegawai lain?


Optimalkan ‘manajemen’ pada diri kita. Pasti membuat kita berbeda.
Secara itu, pengertian manajemen adalah:

  1. Marry Parker Follet, “Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.”
  2. Dr. Sp. Siagian, “Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain.”
  3. James AF. Stonner, “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.”
Bagi saya, manajemen adalah sebuah seni. Seni mengaktualisasikan diri melalui orang lain untuk mendapatkan state goal dalam hidup kita. Untuk mewujudkan visi dan misi hidup kita, yang notabene ‘baru’ seorang pegawai.
Tapi jangan salah, karena seperti aku bilang tadi, “Tidak ada salahnya menjadi seorang pegawai.”
Yaitu pegawai yang mampu menghargai pekerjaan atau pun karyanya sendiri. Seorang pegawai yang bisa memanaje potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Bukan seorang pegawai yang sukannya ABS, bukan pegawai yang sukanya ‘Yes Mom, Yes Sir!’ Dan bukan pegawai yang mirip JONGOS. “As you wish, sir.”
NOT LIKE THAT!
So, untuk bisa mengoptimalkan dan menggali sisi manajerial pada diri kita, maka: Gunakanlah! Latihlah Otak Kanan Anda! Fungsikan! Jangan buat dia mati!


JANGAN CUMA BEKERJA! BUATLAH KARYA!
Dan agar bisa berkarya, kita harus bisa memanaje otak kanan kita!

Buatlah diri Anda menjadi pribadi yang KREATIF! Menjadi pegawai yang KREATIF!

Beda Pekerja dan Pekarya!

Rasulluloh saw. said, “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besuk. (H.R. Baihaqi).

Dari hadits di atas, bekerja adalah sebuah ibadah. Bekerja adalah kunci pembuka pintu akhirat.
Sedangkan angpau, bonus, kenaikan jabatan hanyalah salah satu dari beberapa keuntungan jika pekerjaan kita diniatkan dengan ibadah.
Dengan bekerja kita bisa lebih produktif, tidak mudah stres, dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
Dan, kasus si Arik tadi, dia bekerja tetapi hanya stres yang dia dapatkan, maka itu bukan lagi ibadah, tetapi menyiksa diri.
So, bekerja adalah aktivitas yang dilakukan manusia untuk menghasilkan sesuatu.

Kenapa harus jadi pekarya!


Yah, bekerja sangat dekat dengan berkarya.
Beda dengan bekerja yang hanya ‘bisa’ menghasilkan sesuatu. Namun, berkarya lebih dari itu. Dengan berkarya kita bisa menciptakan sesuatu yang bisa diambil manfaatnya, untuk diri sendiri, ataupun orang lain, baik kecil maupun besar.
So, kapasitas kita sebagai pegawai/pekerja, maka buatlah karya. Pasti ada sesuatu jika Anda menggeluti pekerjaan Anda dengan CINTA dan KESUNGGUHAN.

Misal, meski pun hanya menjadi bagian warehouse, si Arik bisa memanfaatkan atau memaksimalkan pertemanan dan teknologi kantor yang bisa ia ambil manfaatnya. Buktinya, melalui teknologi internet, yaitu berupa ilmu baru yang dia dapat di kantor. Dia pelajari, tonton youtube, nyuri2 waktu dan kesempatan. Kini dia membuka rintisan usaha ‘terang bulan’ mini. Yah, kan! Dia ternyata bisa melahirkan karya, meski bukan membuka gudang terang bulan mini pada akhirnya. Hehehe.
So, apapun bagian usaha kita. Jika kita mampu menjadi pribadi yang kreatif, maka ilmu tidak akan berhenti mengalir mengisi rongga2 visi dan misi di dalam impian besar kita.
Memang, siapa sih yang mau ‘selamanya’ / ‘seumur2’ menjadi ‘pegawai’ / ‘Jongos’?
Nei, nei, nei! *_^

4. Potensi Keizen

Bagian akhir, dari catatan saya.
Guys, misal pun, karena takdir kita jadi ‘Jongos’, so, jangan hanya menjadi ‘Jongos’ yang “Biasa tidak, maju pun tidak.” Jadilah ‘Jongos’ yang luar biasa. Sehingga majikan tidak segan2 menendang kita. Kita juga harus improve kemampuan2 dari dalam diri. Kuncinya terus belajar!
Seperti semangat Keizen! Tradisi budaya orang Jepang Ilmu manajemen mengenalnya dengan continous improvement atau perbaikan yang berkelanjutan. Konsep ini adalah menitik beratkan pada penghargaan kita pada suatu proses proses pekerjaan, bukan pada hasilnya.
Semangat ini berbanding lurus dengan sabda Rasulullah, bahwa “ … Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan esok hari harus lebih baik dari pada hari ini.”

So, keep movin guys!

Epilog!
Aku lebih suka menyebut diriku seorang pekarya, atau, aku istilahkan pembuat karya daripada pegawai. Tertawalah jika mau tertawa dan menertawakan! *_^
Dengan terus berkarya atau menghasilkan yang lebih baik dari hari ke hari dan ada kemanfaatannya, tentu orang akan lebih menghargai kita. Tak peduli kawan, manajer, atau lawan sekalipun.
Potensi rizki pun akan terus mengalir tiada putus. Jadikan karya kita sebagai wujud amal yang tanpa terputus meskipun kita sudah kembali dijemput oleh-Nya.
Tiada yang bisa kita tinggal selain amal jatiyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh/shalihah yang terus mendoakan kita.
“dan tidaklah mereka memberikan infak, baik yang kecil maupun yang besar dan tidak (pula) melintasi suatu lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal kebajikan), untuk diberi balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.”
 

Geluti pekerjaan Anda dengan penuh “CINTA” agar menghasilkan sebuah “KARYA” tidak asal “KERJA.”
“No reward without a risk.” 

Terus berkarya dengan kemandirian! And, then fly away!

Wallahu’alam. 

Pipi Kaira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP